‘Di sepenggal Sya’ban hati ini berlabuh’
25 August 2006 by Wiyono K
Istirahatkanlah sejenak hati ini sambil menghirup udara Sya’ban yang mulai naik sepenggalan.
Bertadzakkur di tepi kesibukan yang telah menyatupadukan antara sucinya kehambaan dengan hiruk pikuk keduniaan. Boleh jadi langkah ini sudah terlanjur menginjak kealpaan hingga setiap detiknya adalah kebingungan dan kecemasan. Mungkin lisan ini telah terbiasa berkata acuh sehingga menorehkan keperihan bagi orang lain.
Merehatkan diri sejenak disepenggal Sya’ban untuk menyiapkan kesungguhan dalam menyambut Ramadhan.
Mungkin ada sekian banyak halaman Al Qur’an yang sudah kit baca pagi dan malam. Namun tidak berbekas pada sepotong perilaku keseharian kita. Kecuali hanya melengkapi halaman mutaba’ah setiap pekan.
Merehatkan diri sejenak disepenggal Sya’ban untuk menyiapkan kesungguhan dalam menyambut Ramadhan.
Sepertinya sudah cukup banyak amanah yang telah ‘memberatan’ pundak ini. Memenuhi rongga kejiwaan yang tidak menyisakan kata untuk berdiam diri. Akan tetapi bisa jadi amanah itu tidak menambah kedekatan kita dengan Rabb. Kecuali kelelahan dan keletihan yang setiap saat menghampiri.
Merehatkan diri sejenak disepenggal Sya’ban untuk menyiapkan kesungguhan dalam menyambut Ramadhan.
Begitu khusyuknya munajat kita disetiap penghujung malam. Ketika semua penghambaan itu terhimpun dalam titik munajat yang senyap. Akan tetapi belum mampu memberikan kekuatan pada siangnya untuk merubah keadaan ummat ini. Atau bahkan setiap buliran air matanya belum bisa menghadirkan wajah setiap saudara kita yang bersama di jalan perjuangan ini.
Merehatkan diri sejenak disepenggal Sya’ban untuk menyiapkan kesungguhan dalam menyambut Ramadhan.
Boleh jadi semua kebaikan itu seolah-olah terhimpun dalam diri kita. Berjalan mengiringi kerja-kerja kita. Akan tetapi kita lupa menyertainya dengan ilmu yang benar. Lupa setiap kesudahan dari segala kerja di dunia ini. Sehingga tidak ada keberkahan dan kebaikan didalamnya selain rasa takjub dan puas diri.
Merehatkan diri sejenak disepenggal Sya’ban untuk menyiapkan kesungguhan dalam menyambut Ramadhan.
Ada banyak pengharapan yang berujung kepada kekecewaan. Keinginan yang berujung kepada pertanyaan besar akan keadilan yang diberikan oleh Allah. Mungkin ini adalah bentuk lain dari ketidaksyukuran kita atas nikmat sekecil apapun yang dianugerahkan dalam hidup ini. Sepertinya kita selama ini salah dalam menempatkan diri dihadapan Allah.
Merehatkan diri sejenak disepenggal Sya’ban untuk menyiapkan kesungguhan dalam menyambut Ramadhan.
Mujahahadah kita kemarin mungkin untuk mengaharpkan cinta manusia. Tadhiyah kita masa lalu boleh jadi bentuk lain untuk menharapkan pujian dan sanjungan dari orang lain. Sehingga ia tidak dapat membentuk keparipurnaan amal ini. Padahal cinta manusia sebatas dunia ini dan bisa hilang hanya dalam hitungan sedetik.
Merehatkan diri sejenak disepenggal Sya’ban untuk menyiapkan kesungguhan dalam menyambut Ramadhan.
Cinta Allah adalah abadi. Yang akan bermuara pada oase kesejukan. Akan memuaskanmu tatkala dahaga menghampiri. Tidak perduli seberapa besar rasa dahagamu itu. Karena cinta Allah adalah muara kesejatian.
Merehatkan diri sejenak disepenggal Sya’ban untuk menyiapkan kesungguhan dalam menyambut Ramadhan.
Ya Allah. Aku menghampiri Mu dalam kerinduan yang kian terperi
Kutengadahkan tangan ini untuk mencari diri Mu dalam munajat dan do’a
Pada sujud yang tetap di satu arah. Aku kembali kepada keharibaan Mu
Bertadzakkur di tepi kesibukan yang telah menyatupadukan antara sucinya kehambaan dengan hiruk pikuk keduniaan. Boleh jadi langkah ini sudah terlanjur menginjak kealpaan hingga setiap detiknya adalah kebingungan dan kecemasan. Mungkin lisan ini telah terbiasa berkata acuh sehingga menorehkan keperihan bagi orang lain.
Merehatkan diri sejenak disepenggal Sya’ban untuk menyiapkan kesungguhan dalam menyambut Ramadhan.
Mungkin ada sekian banyak halaman Al Qur’an yang sudah kit baca pagi dan malam. Namun tidak berbekas pada sepotong perilaku keseharian kita. Kecuali hanya melengkapi halaman mutaba’ah setiap pekan.
Merehatkan diri sejenak disepenggal Sya’ban untuk menyiapkan kesungguhan dalam menyambut Ramadhan.
Sepertinya sudah cukup banyak amanah yang telah ‘memberatan’ pundak ini. Memenuhi rongga kejiwaan yang tidak menyisakan kata untuk berdiam diri. Akan tetapi bisa jadi amanah itu tidak menambah kedekatan kita dengan Rabb. Kecuali kelelahan dan keletihan yang setiap saat menghampiri.
Merehatkan diri sejenak disepenggal Sya’ban untuk menyiapkan kesungguhan dalam menyambut Ramadhan.
Begitu khusyuknya munajat kita disetiap penghujung malam. Ketika semua penghambaan itu terhimpun dalam titik munajat yang senyap. Akan tetapi belum mampu memberikan kekuatan pada siangnya untuk merubah keadaan ummat ini. Atau bahkan setiap buliran air matanya belum bisa menghadirkan wajah setiap saudara kita yang bersama di jalan perjuangan ini.
Merehatkan diri sejenak disepenggal Sya’ban untuk menyiapkan kesungguhan dalam menyambut Ramadhan.
Boleh jadi semua kebaikan itu seolah-olah terhimpun dalam diri kita. Berjalan mengiringi kerja-kerja kita. Akan tetapi kita lupa menyertainya dengan ilmu yang benar. Lupa setiap kesudahan dari segala kerja di dunia ini. Sehingga tidak ada keberkahan dan kebaikan didalamnya selain rasa takjub dan puas diri.
Merehatkan diri sejenak disepenggal Sya’ban untuk menyiapkan kesungguhan dalam menyambut Ramadhan.
Ada banyak pengharapan yang berujung kepada kekecewaan. Keinginan yang berujung kepada pertanyaan besar akan keadilan yang diberikan oleh Allah. Mungkin ini adalah bentuk lain dari ketidaksyukuran kita atas nikmat sekecil apapun yang dianugerahkan dalam hidup ini. Sepertinya kita selama ini salah dalam menempatkan diri dihadapan Allah.
Merehatkan diri sejenak disepenggal Sya’ban untuk menyiapkan kesungguhan dalam menyambut Ramadhan.
Mujahahadah kita kemarin mungkin untuk mengaharpkan cinta manusia. Tadhiyah kita masa lalu boleh jadi bentuk lain untuk menharapkan pujian dan sanjungan dari orang lain. Sehingga ia tidak dapat membentuk keparipurnaan amal ini. Padahal cinta manusia sebatas dunia ini dan bisa hilang hanya dalam hitungan sedetik.
Merehatkan diri sejenak disepenggal Sya’ban untuk menyiapkan kesungguhan dalam menyambut Ramadhan.
Cinta Allah adalah abadi. Yang akan bermuara pada oase kesejukan. Akan memuaskanmu tatkala dahaga menghampiri. Tidak perduli seberapa besar rasa dahagamu itu. Karena cinta Allah adalah muara kesejatian.
Merehatkan diri sejenak disepenggal Sya’ban untuk menyiapkan kesungguhan dalam menyambut Ramadhan.
Ya Allah. Aku menghampiri Mu dalam kerinduan yang kian terperi
Kutengadahkan tangan ini untuk mencari diri Mu dalam munajat dan do’a
Pada sujud yang tetap di satu arah. Aku kembali kepada keharibaan Mu