Kelembutan Illahi

Kelembutan Illahi

Bertutur dalam bingkai ketaatan dan kesabaran. Sehingga membentuk warna kehidupan. Hasil yang sama tidak akan pernah kita peroleh sekalipun ia berasal dari kandungan bunda yang sama. Bukankah warna warni kehidupan ini telah memberikan makna yang sangat dalam bagi orang yang selalu berfikir. Hitam warna selimut malam yang menggantikan terang cahaya matahari di siang hari adalah bentuk lain dari kehidupan itu sendiri. Kemudahan ataupun kepayahan yang didapati oleh manusia adalah bentuk lain dari warna yang di hadirkan oleh Allah untuk manusia. Kelapangan dan kegundahan merupakan paduan indah dalam mengarungi hidup ini. Disana begitu banyak tarbiyah Allah yang akan mendewasakan kita. Kesemuanya adalah spektrum kejiwaan yang berpendar dari qalbu setiap kita. Setiap manusia yang telah di ilhamkan oleh Allah kebajikan ataupun keburukan.

Dan setiap etape yang kita lalui tidak akan memberikan arti apapun sepanjang tidak ada bersemayam keikhlasan disana. Sisi lain itu yang dituntut dari kita sehingga mampu mencerahkan pandangan yang selama ini barangkali banyak ditutupi oleh ketidaktahuan.

Seringkali kerumitan didapati dari payahnya kita dalam mensyukuri setiap jengkal tanah yang sabar untuk kita injak. Lupa mengucap hamdalah atas cahaya matahari pagi yang hampir setiap hari menjemput dari balik tembok. Melupakan arti sehat lantaran tulang ini semakin kokoh yang bisa diajak kemanapun.

Padahal kelembutan Allah itu membentang dari setiap sudut cakrawala. Ia berada di puncak menara Al Quds yang dulu pernah menjadi kiblat pertama sampai lembah dataran rendah Hijaz. Ia melintasi rangkaian Bukit Barisan hingga Jaya Wijaya. Begitu sempurna ciptaan yang menjelaskan betapa cintanya Ia kepada makhluk yang bercengkrama diatas hamparan tanah ini. Dari manapun kita meniliknya akan ada kelembutan disana.

Tak ada yang dapat saya jelaskan lagi sebenarnya. Kecuali semakin padunya rasa ketundukan ini kehadirat Illahi. Barangkali dalam riuh keramaian di tengah kota kita juga akan menemukan nuansa kelembutan Nya. Hingga ditemaram pertiga malam yang begitu sepi tanpa ada siapapun.

Sujud yang berteman kealpaan Ia hampiri dengan Kasih dan Sayang
Do’a yang seringkali diwarnai kealpaan Ia rengkuh dengan ijabah
Munajat yang kadang bertutur kepongahan Ia balas dengan keampunan
Demikianlah kelembutan Illahi dalam ruang-ruang penghambaan yang tidak pernah sepi oleh do’a dan taubat.

Berteman dengan kelembutan dan nuansa cinta Illahiyah menjadi bentuk lain dari warna kehidupan ini. Dan setiap orang berhak untuk memilih dan menjalaninya.

ramadhan 1427H

0 comments: