Senjakala, Cintaku

menjejakkan kaki pada barisan trotoar berdebu dan kumuh
yang tak pernah sepi oleh nafas mereka yang mengungkapkan aroma keputusasaan
kudapati ironi sepanjang khatulistiwa negeriku yang terukir pada dinding sejarah masa lalu
dan dusuguhkan kembali dengan irama yang lebih indah karena telah semakin cantik
dipersolek oleh wewangian kembang setaman yang di petik dari rumah orang-orang
yang tergusur dari tanah leluhurnya bahkan makam nenek merka sekarang
entah dimana sebab digantikan oleh bangunan mall dan perkantoran untuk expatriat

menjejakkan kaki pada barisan trotoar berdebu dan kumuh
mencari adik-adikku yang tak pernah lagi menginjakkan kaki di pelataran sekolah
apalagi menikmati teh hangat dan sebungkus nasi yang nikmat seperti orang-orang
kemana barisan dhuafa yang meringkih di sudut jalanan dan pojok kota ini
apakah mereka kembali terusir oleh keculasan orang-orang seperti kita

menjejakkan kaki pada barisan trotoar berdebu dan kumuh
kudapati seorang gadis kecil terduduk di trotoar yang kemarin basah oleh air hujan
di pertigaan yang sama ketika aku pernah hadir untuk pertama kalinya di kota ini
tempat yang sama ketika dulu juga kita pernah hadir bersama-sama mengusung cita-cita mulia

menjejakkan kaki pada barisan trotoar berdebu dan kumuh
jalanan sepanjang kota ini adalah saksi sebuah perubahan
keramaian pagi oleh anak-anak kuliahan menenteng tas dipundaknya
dan malam hari oleh barisan lelaki dan perempuan yang hampir tak berbusana

menjejakkan kaki pada barisan trotoar berdebu dan kumuh
apapun adanya mereka yang telah mengilhamkanku pertanyaan
yang tak pernah kudapai jwabannya pada kertas-kertas kuliah
dan catatan-catatan sepanjang semester berlalu

menjejakkan kaki pada barisan trotoar berdebu dan kumuh
dan sore ini untuk pertama kalinya ketika semua tak kufikirkan
selain menikmati senjakala menghantarkan matahari tenggelam
untuk merengkuh kaki langit yang mulai gelap
senjakala cintaku untuk negeri yang pernah melahirkanku

0 comments: