Momentum Tanpa Batas
29 September 2006 by Wiyono K
Bukti cinta Allah
Ramadhan akan selalu hadir dalam dalam setiap etape tarikh hijriyah. Tidak berbeda dalam bilangan yang selalu digenapkan selama tiga puluh hari. Akan tetapi Allah telah menjanjikan dalam Al Qur’an betapa orang-orang yang mampu keluar dari masa ini dengan menunaikan ibadah shaum yang sempurna akan menjadi orang yang bertaqwa. Sebuah tanda kebesaran Allah. Ramadhan adalah himpunan amal dan evaluasi jejak perjalanan kehidupan yang berserakan selama 11 bulan sebelumnya. Dimana setiap kebaikan berlipat pahalanya. Do’a dan permintaan di ijabah oleh Allah. Ramadhan juga sebagai madrasah bagi orang-orang yang ingin menemukan telaga kesejukan sehingga selepas Ramadhan ia menjadi orang yang paripurna keimanannya. Sebab Ramadhan adalah bulan yang penuh rahmat.
Manusia diciptakan oleh Allah dari tanah dan Ruh Illahiyah. Dua zat ini memiliki sifat bawaan yang berbeda. Tanah mendorong memenuhi kebutuhan yang bersifat fisik dan jasmaniyah. Ruh Illahiyah mengantarkan setiap manusia kepada hal yang rabbaniyah. Dorongan jasmaniyah khususnya fa’al (makan, minum dan hubungan seks) menjadi tuntutan primer kebutuhan manusia. Daya tarik yang sedemikian besar sehingga banyak orang yang terjerumus karenanya. Tidak mampu mengendalikannya. Bukankah kerusakan dunia ini disebabkan oleh sedikitnya dari hal tersebut. Dan Ramadhan ini adalah kesempatan yang diberikan untuk mengembalikan keutuhan asal penciptaan manusia itu.
Demikianlah kita memaknai ramadhan. Selama bulan ini kita ditarbiyah untuk mampu mendidik nafs kita. Sehingga menjadi manusia yang benar-benar tunduk kepada Allah. Suci jiwa dan pemikirannya. Mencontoh Tuhan dengan segala siat-sifanya. Bukankah Allah “tidak makan” dan “tidak minum”. Benih-benih yang kita semai harus bisa mengantarkan kita kepada sifat “rabbaniyah”. Sehingga menghiasai diri setiap manusia dalam tingkah laku, ucapan dan cara berfikir. Bukankah kesempatan Ramadhan benar-benar bukti kasih sayang dari Allah yang harus disyukuri.
Menciptakan karya besar
Kary-karya besar Rasulullah terjadi pada bulan Ramadhan. Misalnya kemenangan dalam Perang Badar (2H/624M),keberhasilan menguasai Kota Makkah (8H/630M) dan sebagainya. Demikian juga ummat Islam sepeninggalan beliau. Misalnya kemenangan di Spanyol terjadi pada bulan Ramadhan (91H/710M),kemenangan menghadapi Perang Salib (584H/1188M), kemenangan melawan Tartar (658H/1168M), sampai Proklamasi Kemerdekaan RI juga tercapai bulan Ramadhan.
Betapa bulan Ramadhan adalah momentum jihad akbar. Ketika kita dituntut untuk mendidik nafsu dalam diri pribadi, sekaligus dituntut komiten pembuktiannya dengan karya nyata. Sebab keqakwaan itu bukanlah bentuk investasi yang hanya di akhirat saja ditagih. Tetapi ketaqwaan terbukti telah menghantarkan ummat ini membangun peradaban selama 14 abad. Ketaqwaan ummat ini jugalah yang kemudian menjadi ukuran bangkit dan mundurnya peradaban.
Jihad akbar disulut apinya di bulan Ramadhan. Sepanjang malam menjadi sarana taqarrub kepad Allah. Mempertemukan kehendak insaniyah dengan Illahiyah. Sehingga menjadi energi bagi pergerakan setiap manusia. Menciptakan karya-karya besar. Sebab begitu dekat pertolongan Allah. Mengukir kemenangan-kemenangan monumental. Sebab perjuangannya diberkahi oleh Allah. Jika demikian energi yang tersimpan selama Ramadhan lantas mengapa kita masih enggan menjemput kemenangan itu di bulan ini.
Persiapan ruhani
Seperti yang pernah di singgung Rasulullah. Jika kita mengetahui rahasia bulan Ramadhan, tentulah kita akan mengharapkan sepanjang masa adalah Ramadhan. Demikian berharganya momentum bulan ini. Sehingga tidak sedetikpun seharusnya berlalu tanpa ibadah dan amal kebaikan. Mempersiapkan bekal ruhani untuk perjuangan 11 bulan yang lain.
Kita memiliki azzam untuk bangkit bersama syariat Islam yang tegak di setiap penjuru bumi. Sementara kehendak itu hanyalah menjadi mimpi saja jika tidak disiapkan dengan sungguh-sungguh. Apalagi terputus hubungan dengan Allah Yang Maha Menentukan. Hubungan dengan Allah yang terajut sepanjang Ramadhan adalah pertalian abadi yang akan memberikan kekuatan. Membangkikan ketaatan dan menjadi wasilah perniagaan bagi orang-orang yang istiqomah.
Sungguh Allah Maha Kasih dan Sayang. Sehingga kita dipertemukan dengan Ramadhan saat ini. Pantaslah kalau kita menyempatkan diri sejenak untuk bersyukur. Ahlan wa sahlan ya Ramadhan. [Wiyono Saputro]
Pustaka
Dr M Quraish Shihab , Lentera Hati- Kisah dan Hikmah Kehidupan . Mizan 1994
Dr Yusuf Qarhawi , Kumpulan Ceramah Pilihan . Pustaka Al kautsar 2003
Imam Al Ghazali , al-mahabbah wa al-Syawaq wa ala-Uns wa al-Ridha . Serambi 2005
Ramadhan akan selalu hadir dalam dalam setiap etape tarikh hijriyah. Tidak berbeda dalam bilangan yang selalu digenapkan selama tiga puluh hari. Akan tetapi Allah telah menjanjikan dalam Al Qur’an betapa orang-orang yang mampu keluar dari masa ini dengan menunaikan ibadah shaum yang sempurna akan menjadi orang yang bertaqwa. Sebuah tanda kebesaran Allah. Ramadhan adalah himpunan amal dan evaluasi jejak perjalanan kehidupan yang berserakan selama 11 bulan sebelumnya. Dimana setiap kebaikan berlipat pahalanya. Do’a dan permintaan di ijabah oleh Allah. Ramadhan juga sebagai madrasah bagi orang-orang yang ingin menemukan telaga kesejukan sehingga selepas Ramadhan ia menjadi orang yang paripurna keimanannya. Sebab Ramadhan adalah bulan yang penuh rahmat.
Manusia diciptakan oleh Allah dari tanah dan Ruh Illahiyah. Dua zat ini memiliki sifat bawaan yang berbeda. Tanah mendorong memenuhi kebutuhan yang bersifat fisik dan jasmaniyah. Ruh Illahiyah mengantarkan setiap manusia kepada hal yang rabbaniyah. Dorongan jasmaniyah khususnya fa’al (makan, minum dan hubungan seks) menjadi tuntutan primer kebutuhan manusia. Daya tarik yang sedemikian besar sehingga banyak orang yang terjerumus karenanya. Tidak mampu mengendalikannya. Bukankah kerusakan dunia ini disebabkan oleh sedikitnya dari hal tersebut. Dan Ramadhan ini adalah kesempatan yang diberikan untuk mengembalikan keutuhan asal penciptaan manusia itu.
Demikianlah kita memaknai ramadhan. Selama bulan ini kita ditarbiyah untuk mampu mendidik nafs kita. Sehingga menjadi manusia yang benar-benar tunduk kepada Allah. Suci jiwa dan pemikirannya. Mencontoh Tuhan dengan segala siat-sifanya. Bukankah Allah “tidak makan” dan “tidak minum”. Benih-benih yang kita semai harus bisa mengantarkan kita kepada sifat “rabbaniyah”. Sehingga menghiasai diri setiap manusia dalam tingkah laku, ucapan dan cara berfikir. Bukankah kesempatan Ramadhan benar-benar bukti kasih sayang dari Allah yang harus disyukuri.
Menciptakan karya besar
Kary-karya besar Rasulullah terjadi pada bulan Ramadhan. Misalnya kemenangan dalam Perang Badar (2H/624M),keberhasilan menguasai Kota Makkah (8H/630M) dan sebagainya. Demikian juga ummat Islam sepeninggalan beliau. Misalnya kemenangan di Spanyol terjadi pada bulan Ramadhan (91H/710M),kemenangan menghadapi Perang Salib (584H/1188M), kemenangan melawan Tartar (658H/1168M), sampai Proklamasi Kemerdekaan RI juga tercapai bulan Ramadhan.
Betapa bulan Ramadhan adalah momentum jihad akbar. Ketika kita dituntut untuk mendidik nafsu dalam diri pribadi, sekaligus dituntut komiten pembuktiannya dengan karya nyata. Sebab keqakwaan itu bukanlah bentuk investasi yang hanya di akhirat saja ditagih. Tetapi ketaqwaan terbukti telah menghantarkan ummat ini membangun peradaban selama 14 abad. Ketaqwaan ummat ini jugalah yang kemudian menjadi ukuran bangkit dan mundurnya peradaban.
Jihad akbar disulut apinya di bulan Ramadhan. Sepanjang malam menjadi sarana taqarrub kepad Allah. Mempertemukan kehendak insaniyah dengan Illahiyah. Sehingga menjadi energi bagi pergerakan setiap manusia. Menciptakan karya-karya besar. Sebab begitu dekat pertolongan Allah. Mengukir kemenangan-kemenangan monumental. Sebab perjuangannya diberkahi oleh Allah. Jika demikian energi yang tersimpan selama Ramadhan lantas mengapa kita masih enggan menjemput kemenangan itu di bulan ini.
Persiapan ruhani
Seperti yang pernah di singgung Rasulullah. Jika kita mengetahui rahasia bulan Ramadhan, tentulah kita akan mengharapkan sepanjang masa adalah Ramadhan. Demikian berharganya momentum bulan ini. Sehingga tidak sedetikpun seharusnya berlalu tanpa ibadah dan amal kebaikan. Mempersiapkan bekal ruhani untuk perjuangan 11 bulan yang lain.
Kita memiliki azzam untuk bangkit bersama syariat Islam yang tegak di setiap penjuru bumi. Sementara kehendak itu hanyalah menjadi mimpi saja jika tidak disiapkan dengan sungguh-sungguh. Apalagi terputus hubungan dengan Allah Yang Maha Menentukan. Hubungan dengan Allah yang terajut sepanjang Ramadhan adalah pertalian abadi yang akan memberikan kekuatan. Membangkikan ketaatan dan menjadi wasilah perniagaan bagi orang-orang yang istiqomah.
Sungguh Allah Maha Kasih dan Sayang. Sehingga kita dipertemukan dengan Ramadhan saat ini. Pantaslah kalau kita menyempatkan diri sejenak untuk bersyukur. Ahlan wa sahlan ya Ramadhan. [Wiyono Saputro]
Pustaka
Dr M Quraish Shihab , Lentera Hati- Kisah dan Hikmah Kehidupan . Mizan 1994
Dr Yusuf Qarhawi , Kumpulan Ceramah Pilihan . Pustaka Al kautsar 2003
Imam Al Ghazali , al-mahabbah wa al-Syawaq wa ala-Uns wa al-Ridha . Serambi 2005