Senerai Perjuangan Untuk Ikhwafitthariq

Merendahlah, engkau kan seperti bintang-gemintang
Berkilau di pandang orang
Di atas riak air dan sang bintang nun jauh tinggi
Janganlah seperti asap
Yang mengangkat diri tinggi di langit
Padahal dirinya rendah-hina

Kebangkitan dakwah Islam sangat dipengaruhi oleh karakter dan kapasitas dai-dai yang ada pada saat itu. Sebuah sunatullah yang telah terjabarkan didalam sirah. Yang menjadi karakter tetap sepanjang perjuangan untuk menegakkan dakwah kapanpun dan dimanapun, bahwa kita selalu menjadi prajurit-prajurit Allah. Yang siap untuk berkorban dan menyerahkan kehidupan ini hanya untuk Allah. Namun, terkadang panjangnya jalan dakwah ini menyebabkan kita lupa arah yang harus dilalui. Atau lamanya kita menempuh jalan ini, walaupun masih sangat jauh, menyebabkan kita terlena dan melupakan cara terbaik untuk menggapai kemenangan itu.

Meluruskan Niat
Kita perlu meluruskan kembali niat perjuangan di jalan ini. Kehadiran kita untuk menebarkan kebaikan dan mengajak orang lain agar memiliki aqidah yang lurus. Kita mengajak dan memimpin orang lain tidak untuk hizb apapun selain hizbullah. Allah telah menjadikannya sedemikian rupa, sehingga kemenangan dakwah haruslah dijemput dengan cara yang terbaik. Cara yang menyebabkan Allah ridha dan orang-orang disekitar kita menjadi tentram. Sehingga mereka merasa teduh dan percaya akan kehadiran seorang da’i.

Tidak dengan cara yang menyebabkan orang lain semakin menjauh dan antipati akan kehadiran orang-orang yang mengusung dakwah ini. Apalagi klaim pemihakan Allah kepada diri sendiri dan hanya kepada kelompok sepaham akan menjadikan benih kebaikan itu terasa berat tertanam dalam komunitas sosial yang berbeda secara latar belakang. Padahal medan yang kita hadapi menghendaki kelapangan pemikiran dan sikap yang terbuka. Tanpa disadari kita pun boleh jadi telah mengubur tujuan hakiki dari tugas mengajak dan menyeru itu.

Pertolongan Allah Dekat
Sepanjang kita menyerahkan loyalitas kepada Allah dan Rasuln-Nya, karakter yang harus senantiasa kita tanamkan dan terhujam dalam jiwa ini adalah keyakinan terhadap pertolongan Allah. Jalan yang harus kita tempuh adalah mengambil orang-orang mukmin sebagai pemimpin dan berjama’ah dalam satu barisan yang kokoh. Ini adalah modal awal yang menjadi prasyarat dekatnya kemenangan. Banyaknya fenomena ketidaktsiqohan dan kekecewaan terhadap pemimpin yang menyebabkan berpaling dari jama’ah merupakan penyebab jauhnya pertolongan Allah bagi tegaknya dakwah. Padahal Allah telah memperingatkan didalam Al Qur’an :
“Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Barangsiapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah kecualai karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya.”
(Ali Imran : 28)


Kokohnya keyakinan kita terhadap pertolongan Allah akan terlihat di medan amal yang sesungguhnya. Kita tidak akan diliputi kecemasan yang mendalam akan hasil amal yang telah dilakukan. Strategi yang kita ciptakan untuk kemenangan ini juga bukan strategi yang hanya dijiwai oleh nafsu dan tergesa-gesa. Akan tetapi pemaduan antara perjuangan dakwah yang memiliki jangka panjang dan keyakinan akan dekatnya pertolongan Allah.

Bersikap Lemah Lembut
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma’afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada Nya.” (Ali Imran :159)

Tidak ada yang menyebabkan orang-orang disekitar Rasulullah merasa tentram ketika berdialog, selain lantaran perilaku beliau yang lemah lembut kepada siapapun. Pertama kali orang akan menilai perilaku dan sikap kita tatkala bertemu, yang akan memunculkan keterikatan hati dan kesan. Berdialog dan berargumentasi dengan orang lain sewajarnya diikuti oleh ketulusan bukan kecurigaan. Sehingga melahirkan semangat mengajak kepada kebaikan.

Perlakuan kita terhadap sesama mukmin tidaklah didasarkan kepada kesamaan latar belakang semata. Perbedaan dalam hal muamalah misalnya, atau ketika kita dalam satu tahapan berkompetisi tidak lantas menyebabkan adanya garis demarkasi yang tegas. Sekalipin dalam perdebatan yang menimbulkan emosi atau perilaku orang lain yang menyebabkan kemarahan, selayaknya kita memelihara akhlak lemah lembut. Hal ini telah menjadi pembuktian dakwah Rasulullah sehingga mampu membangun masyarakat yang Islami. Akan tetapi jika hal yang diperdebatkan sudah memasuki wilayah Aqidah dan Izzah ini telah dihinakan, maka wajib bagi kita untuk bersikap tegas dan keras.

Berlaku Adil
Allah juga memperingatkan kepada kita untuk senantiasa berlaku adil kepada semua golongan dan semua orang. Jangan karena kita bisa menguasai sebuah sistem yang memiliki kewenangan tertentu, menyebabkan kita bertindak zalim kepada orang lain.

“... Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa ...” (Al-Maidah :8)

Sekuat upaya kita lakukan agar tidak ada orang lain yang terluka lantaran rekayasa proses yang dilakukan. Siapa tahu mereka orang-orang yang berpartisipasi dalam proses bersama yang dijalani ini, adalah benar-benar dititipkan oleh Allah akan menjadi pemimpin masa depan kelak. Bukan justru diasingkan dan seolah-olah menjadi kompetitor yang harus dilawan. Sepanjang tidak terkait dengan hal-hal yang salah dalam prinsip syari’at, mereka adalah saudara-saudara kita yang harus terus diajak dan dijadikan sahabat.

Allah Akan Menilai
Keberadaan dan ikhtiar yang sedang kita jalani sekarang tidaklah lepas dari skenario yang telah Allah tetapkan. Kemenangan yang kita usahakan dengan kerja keras bukanlah menjadi alasan untuk bersikap tidak jujur kepada orang lain. Allah tidak menilai lamanya kita berjuang dalam dakwah ini. Allah juga tidak menilai kerasnya usaha yang kita jalani. Allah juga tidak sekedar menilai kepemimpinan yang pernah kita raih. Allah hanya akan menilai keikhlasan dalam melalui semua proses panjang ini sehingga mampu mnghantarkan kita mencapi cinta Allah yang hakiki. Karena sebaik-baik tempat perhitungan adalah di Akhirat kelak. Ya Allah... pertemukan kami kelak di jannah Mu. Wallahu’alam.

0 comments: