Sabili

pada ahirnya
setiap episode dari fragmen khidupan ini
melahirkan jiwa-jiwa yang berkehenak
untuk selalu menjemput rahmat Illahi
sekecil dan sesederhana apapun itu

jikapun amal ini belum sempurna
biarlah ia menjadi sketsa perjuangan
yang senantiasa menghadirkan azzam
dalam hati-hati kita yang pernah berjuang bersama

biarlah Allah yang menilai amal kita selama ini
biarlah Allah juga yang akan mempertemukan kita


Ketika kuhadapkan kembali wajah ini keharibaan Illahi. Ketika lama berselang tak pernah kusandarkan jiwa ini kepada keyakinan yang agung. Mungkin ini yang menyebabkan mengapa begitu banyak kelalaian yang hadir bersamaan munajat yang selalu kusempatkan dipenghujung shalat Subuh. Kudekap lentera dhuha yang pernah mengajarkanku tentang kaafiat al ma'tsurat dan pahala bersamanya.

Barangkali jika Tuhan berkehandak menjemputku saat ini maka aku tak memiliki alasan apapun untuk meyakinkan bahwa aku berhak atas surga bersama saudaraku yang lain. Bersama orang-orang yang pernah bersama berjuang. Bersama orang-orang yang pernah kusebut namanya dalam do'a-do'a malam hingga meneteskan air mata. Ketika harus kubayangkan letihnya mereka berjuang atas nama kebenaran. Tetapi begitu payahnya keikhlasa itu hadir.

Biarlah Allah memberikan jeda sebentar bagiku untuk merehatkan niat yang tak lagi lurus. Sisi kehidupan yang tak lagi rabbaniyah. Selain lalai dan tak lagi ihtimam dengan kehendak Nya barangkali do'aku lebih kental nafsu daripada kemaslahatan dien ini. Sebab bayangan apa yang hadir setiap salam terakhir ba'da Subuh maka akan hadir kembali ba'da isya. Dunia. Demikian seterusnya hingga kerisauan ini hadir dan bertanya. Sudah benarkah keimananku ini?. Sudah benarkan jalan kehidupanku ini?. Sudah ridha kah Allah atas apa yang tela kutunaikan selama ini?.

Illahi, aku berlindung dari kesia-siaan amal

0 comments: