Resonansi Bahasa

Ada nada harmoni yang belakangan ini hilang dari bahasa kita. Ia tidak
lagi mampu melahirkan prosa 'epik' yang menjadi penyemangat kita dalam
menjalani kehidupan. Terbias oleh sederetan daftar pertanyaan yang
tidak bisa dijawab untuk saat ini. Kecuali engkau telah mengalaminya
sendiri. Atau telah meninggalkannya.

Ukhuwah kita adalah bahasa yang telah menjadi kekakuan dan keterasingan
makna. Tidak mampu menjadi spirit untuk mengabadikan recik-recik
perjuangan ini dalam sebuah himpunan narasi seperti indahnya perjuangan di
Palestina. Atau gegap seru yang membahana di tepian Shabra dan Nablus,
Palestina.

Silaturahmi kita adalah bahasa yang menggoreskan pesan singkat dalam hati
yang susah untuk diselami artinya. Hanya sebuah bentuk keakraban sesaat
yang entah hari keberapa ia akan dilupakan. Ia telah menjadi bukti
kepandiran kemanusiaan dalam melihat sesamanya. Bukan untuk menambah rasa
kesyukuran atas nikmat persaudaraan yang telah dianugerahkan. Ia juga
telah menjadi bias lantaran hiruk pikuk kehidupan.

Amal kita adalah bahasa yang telah menjadi absurd oleh peran-peran
kesejarahan yang tidak tahu untuk apa diperbuat. Sepotong episode yang
memperlihatkan kepahlawanan tanpa pengorbanan utuh. Pemimpin tanpa rakyat
yang ia ayomi. Panglima perang tanpa prajurit yang siap untuk berjuang
bersama. Ia hanya menjadi satu babak sinema kehidupan yang siap untuk
diputar berkali-kali. Untuk kali lain akan digantikan oleh orang-orang
yang tidak kalah cerdasnya untuk menggantikan peran itu.

Kesungguhan kita adalah bahasa yang tidak lagi menorehkan pahala ditepian
munajat kita. Hanya fase dalam hitungan waktu, agar tidak disebuat orang
yang berdosa. Atau hanya malu saja dilihat anak-anak Palestina yang
sekarang ini sedang bersembunyi dari balik mayat-mayat orang tuanya.

Munajat kita adalah bahasa yang tidak lagi mampu menghadirkan buliran air
mata setiap rukuk dan sujudnya. Apalah lagi hendak mencapai keparipurnaan
murakobah kita dengan Allah. Kecuali sepotong keharuan yang menggeluyut
setiap malam kita tentang kecemasan kehambaan yang setiap hari berbuat
maksiat.

Bahasa kita telah kehilangan harmoni indah ternyata

4 comments:

    On 2:39 PM Unknown said...

    assw.kang,izin nge-link

    On 6:13 PM Anonymous said...

    pa kabar yon?
    posisi lg dmn nih skr?

    On 5:24 AM Anonymous said...

    ternyata ada di dunia maya juga =D
    dian add ya..

    bahas memang penting, tanpaitu qt ga bisa ngapa2in..:p