Serenai Tasyakkur, Sebuah Refleksi

Parade tsabat itu telah kembali. Menemui muara kesejatian yang paling asal. Berada di sisi Rabb-Nya yang Maha Pengasih. Alhamdulillah.

Bahwa kebahagiaan kami sesungguhnya adalah ketika kami menghabiskan waktu bersama-sama mengerjakan agenda dakwah. Momen kebersamaan yang sarat ukhuwwah dan kecintaan pada dakwah. Mendapati kelelahan pada siang hari yang berujung kepada manisnya munajat malam harinya. Memejamkan mata ditengah cemas dan kekhawatiran akan kebaikan yang belum sempurna ditunaikan untuk dien ini. Dan itu semua yang memahamkan kami akan hakikat perjuangan yang sejatinya. Sungguh Allah tidak begitu saja mengabaikan hikmah dan pembelajaran mengapa kami dipertemukan di jalan dakwah ini. Kalau tidak hari ini barangkali suatu saat nanti lembaran yang sarat dengan tarbiyah ini akan benar-benar kami pahami. Asalkan tetap istiqomah dan senantiasa berjalan menuju pada ridhaNya.

Demikian kami memahami episode perjalanan waktu hingga hari ini yang membawa setiap orang kepada tafakkur yang paling hakiki. Tentang kehidupan dan penciptaan. Tentang kesuksesan dan kegagalan. Tentang ukhuwwah dan persudaraan. Tentang kecemasan dan kegundahan. Tentang orang-orang yang ditinggalkan dalam berjuang. Tentang sedikitnya pejuang di shaf terdepan. Tentang kerelaan dan kelapangan. Dan segala bentuk warna yang pada hakikatnya adalah warna tarbiyah Illahi. Yang Ia selipkan disela-sela rutinitas kehidupan kami selama ini yang biasa disebut bertadrib amal. Apalagi yang tersisa dari diri ini selain kepasrahan dan ketundukan ketika semua bentuk kehidupan ini kami nisbatkan kepada Illahi.

Bentuk ketundukan dan kepasrahan itu yang sering kami jabarkan dalam tema-tema kecil untuk membangun ummat. Ummat yang masih menunggu pemuda terbaiknya untuk hadir memimpin dengan hati dan cinta. Pemimpin yang mengajarkan kalam Illahi dan pembuktian betapa Allah itu adalah muara segala bentuk kehendak yang paling asal. Meski tak pernah berjumpa dengan qudwah kami yang mengobarkan semangat badar. Tetapi spirit itu ternyata mengetengahkan arti lain dari perjalanan kehidupan ini.

Bahwa ada sisi lain dari kemanusiaan yang kami miliki, sehingga tidak semua nilai-nilai rabbaniyah itu benar-benar bersemayam dalam hati ini. Semoga Allah dengan KemahasempurnaanNya memberikan maaf dan menunjuki jalan terbaik. Sungguh perjalanan ini baru hendak dimulai, bersama gerbong yang lebih besar lagi. Dengan harapan dan cita-cita yang melampaui mimpi hari ini.

Semoga Allah senantiasa menguatkan hati kita pada tali ridha dan dakwah

5 comments:

    On 6:39 AM agung said...

    Apa kabar Wiy??
    Sehat??
    Kapan main ke Bandung lagi? =D

    On 1:07 PM Beni Suryadi said...

    bos...terima sms kan?
    tgl 23-24 yak
    okehh
    kudu wajib harus datang ente..
    bawa cerita dari sono
    sama calon istri dibawa sekalian juga boleh

    =)

    kumaha damang??
    smg sll istiqomah..!!!!!

    tetep istiqomah nya...

    On 2:34 PM anina said...

    Keistiqomahan menjadi sesuatu yang sangat mahal lagi berharga ditengah kerumunan orang yang tidak mengerti akan hakikat dakwah ini, orang - orang yang hanya mengejar duniawi.untuk dakwah inilah kita ada, untuk dakwah inilah kita berjuang tiada akhir untuk dakwah dan perjuangan hingga kita kembali padaNya. terlalu indah perjuangan ini untuk dilewatkan begitu saja. Innallaha Ma'ana.